Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adab Puasa Menurut Imam Abdullah Bin Alawi Al-Haddad

Adab Puasa

Darulihtidaulislam.com- Puasa merupakan amalan yang mengasah jiwa, membutuhkan adab dalam pelaksanaannya tidak sebatas menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan, sejak fajar sampai terbenam matahari. Tapi lebih dari itu, agar puasa yang kita kerjakan dapat membentuk pribadi yang unggul dan berkualitas, maka Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam bukunya _An-Nashaaih Ad-Diiniyyah,_ menyampaikan sejumlah etika yang sangat penting untuk kita perhatikan.

Pertama, orang yang puasa harus menyertakan semua indera dan anggota badannya untuk juga berpuasa. Ketakwaan kita sangat terpengaruh dari cara kita menjaga indera dan anggota badan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Puasa perut tanpa puasa indera dan anggota badan, dapat menyebabkan kesia-siaan. 

Mari, bersama kita puasakan indera dari hal-hal yang nihil makna. Kita puasakan pula semua anggota badan dari perbuatan yang tidak bernilai kebaikan, meski tindakan yang sedang kita lakukan dibolehkan. Tidak sedikit di antara umat yang tengah puasa hanya merasakan lapar dan dahaga. Ia hanya  menemukan kesusahan dengan tidak makan dan minum, tapi membiarkan anggota badan dalam kemaksiatan. Rasul SAW bersabda :

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إَّلا الْجُوْع وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَر

Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja dan juga berapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malam. (HR. Nasa'i)

Oleh karena itu, kita tinggalkan setiap perkara yang tidak bermanfaat, apalagi yang jelas-jelas melanggar syariat. Kita harus benar-benar selektif memilih dan memilah ketika di depan televisi, telepon seluler, atau berselancar di dunia maya dan sebagainya. Sabda Rasulullah SAW :

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

Sebagian tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi)

Kedua, kita jaga perut dari mengonsumsi makanan yang syubhat apalagi haram. Jangan sampai kita masukkan ke perut kita sesuatu berupa makanan atau minuman yang tidak halal. Makanan yang halal atau haram akan memiliki pengaruh signifikan. Jika makanannya baik, anggota badan akan mudah melangkah dalam melakukan yang baik-baik. Jika haram, anggota badan kita susah diajak melangkah melakukan kebajikan. 

Seorang dari kalangan Salafus Saleh berkata, "Jika engkau berpuasa, maka lihatlah dengan barang apa engkau berbuka dan di tempat siapa?" Berbukalah dengan yang halal dan di tempat-tempat yang teduh, guyub serta rukun, seperti berbuka bersama keluarga, di mushalla bersama para jemaah, atau bersama kaum papa untuk lebih merangsang kepekaan sosial pada diri kita.

Ketiga, Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad menyebut adab orang yang puasa adalah tidak banyak tidur di siang hari dan banyak makan di malam hari. Kita lakukan secara wajar dan tidak berlebihan. Inti puasa, khususnya puasa Ramadan, merasakan rasa lapar dan haus yang dengannya kita bisa merasakan pahit getirnya kehidupan orang-orang miskin. Dengan lapar dan haus pula hawa nafsu dapat dikendalikan dan membuat hati bercahaya. Bagaimana mungkin kita bisa mengendalikan hawa nafsu dan meraih cahaya di hati, jika kita abai terhadap adab yang ketiga ini.

keempat, dianjurkan bagi kita untuk banyak sedekah. Bisa dalam bentuk memberi makan buka bagi orang-orang yang puasa. Keutamaannya sungguh sangat luar biasa. Kita diberi pahala dari sedekah memberi makanan berbuka, sama seperti pahala orang yang berpuasa, meski beberapa kurma atau seteguk air. Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Orang yang memberi makan berbuka untuk orang yang sedang berpuasa, maka dia akan memperoleh pahala orang tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut. (HR. Tirmizi)

Kelima, tunaikan salat tarawih dengan tenang, tidak terburu-buru. Mereka yang mempercepat salat tarawihnya, oleh Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad disebut sebagai orang yang bodoh. Akibat terburu-buru, ada sebagian kewajiban yang hilang, terkurangi, seperti tidak tumaninah saat ruku' dan sujud serta tidak membaca Alfatihah sebagaimana mestinya karena terlampau cepat. 

Keenam, bersungguh-sungguh dalam mengisi malam demi malam Ramadan khususnya sepuluh malam terakhir. Sebab Rasul SAW telah menganjurkan kita untuk mendapatkan malam yang lebih mulia dari seribu bulan : _Lailatul Qadar._

Sebagian ulama mengatakan, "Malam ini tersembunyi di seluruh malam pada bulan Ramadan." Sebagian ulama lainnya menyatakan, "Malam ini berpindah-pindah di malam-malam bulan Ramadan dan tidak bisa ditetapkan pada malam tertentu." Jadi, setiap kita hendaknya menyiapkan diri di setiap malam Ramadan untuk menyambut turunnya _Lailatul Qadar_ dengan melaksanakan _qiyam_ dan menekuni ibadah di dalamnya.

Inilah beberapa adab berpuasa yang disampaikan oleh Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad yang sepatutnya kita ikuti, sehingga ibadah puasa yang kita tunaikan betul-betul berkualitas dan bernilai pahala di sisi Allah SWT, tidak sekadar puasa dengan tidak makan dan minum saja. 
ariv yabarwiel
ariv yabarwiel " DUNIA TEMPAT DITINGGAL BUKAN TEMPAT TINGGAL " by : Arifullah

Posting Komentar untuk "Adab Puasa Menurut Imam Abdullah Bin Alawi Al-Haddad"