Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BOLEHKAH BERTAWASUL ?

Tawasul

Darulihtidaulislam.com- Diriwayatkan dari Ibn 'Umar bahwa Rasulullah (saw) berkata: Ada tiga orang yang sedang berjalan-jalan, lalu hujan turun dan membuat mereka pergi menuju sebuah gua yang berada di lereng gunung. Lalu sebuah batu besar dari atas gunung jatuh menutupi mulut gua, salah seorang dari mereka berkata kepada yang lainnya: "Perhatikanlah amalan-amalan baik yang telah kalian kerjakan karena Allah, berdo'alah kalian kepada Allah dengan amalan-amalan tersebut, mudah-mudahan Allah menyingkirkan batu ini". Lalu salah seorang mereka berdo'a: "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang sudah tua dan anak-anak yang masih kecil, aku merawat mereka semua. Jika aku pergi menemui mereka di sore hari, aku memeraskan susu untuk mereka dan aku memulai memberikan susu itu kepada kedua orang tuaku dulu sebelum anakku. Suatu saat aku mencari pohon sampai jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah petang. Aku mendapati keduanya tengah tertidur. Lantas aku memeras susu sebagaimana biasanya dan meletakkannya di wadah susu. Aku lalu menunggui keduanya dan aku tidak mau membangunkan mereka. Aku juga enggan untuk memberinya kepada anak-anakku terlebih dahulu, meskipun mereka merengek meminta susu di bawah kakiku. Itu adalah kebiasaanku dan mereka hingga pagi menjelang. Jika Engkau (wahai Allah) mengetahui bahwa perbuatanku tersebut ikhlas karena Engkau, maka longgarkanlah lubang ini hingga kami bisa melihat langit". Lalu Allah melonggarkan lubang bagi mereka hingga bisa memandang langit. Orang kedua berdoa: "Ya Allah sesungguhnya aku mempunyai sepupu perempuan yang sangat aku cintai sebagaimana seorang lelaki yang sangat mencintai seorang wanita. Maka aku merayunya dan ia menolak kecuali aku bisa memberikan 100 dinar padanya. Kemudian aku berusaha mengumpulkan uang tersebut dan menemuinya. Ketika aku sudah berada di atas kedua kakinya, ia berkata: Wahai hamba Allah, bertakwalah kamu kepada Allah dan jangan kamu membuka cincin (menghilangkan kegadisanku) kecuali berhak (dengan nikah yang sah)' maka aku pun meninggalkannya. Jika Engkau wahai Allah mengetahui bahwa perbuatanku tersebut ikhlas karena Engkau, maka longgarkanlah lubang ini". Maka Allah melonggarkan lubang tersebut. Orang ketiga berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku mengupah seseorang dengan seonggok padi. Ketika pekerjaannya telah usai, ia berkata: berikan hakku', aku pun memberikannya namun ia tinggalkan dan enggan membawanya. Lalu aku tanam padi tersebut hingga menghasilkan sapi dan pengembalanya. Lalu ia mendatangiku dan berkata: 'Bertakwalah kamu pada Allah dan berikanlah hakku!'.

Aku menjawab: 'pergilah ke sapi itu dan pengembalanya!'. Ia menjawab: Bertakwalah kamu pada Allah dan jangan mengejekku!'. Aku berkata: Aku tidak mengejekmu, tapi ambillah sapi itu dan pengembalanya!". Maka ia pun mengambilnya dan pergi membawanya. Jika Engkau (wahai Allah) mengetahui bahwa perbuatanku tersebut ikhlas karena Engkau, maka longgarkanlah sisa lubang ini". Maka Allah pun menghilangkan kesulitan mereka semua. <al-Bukhâri: hadits no. 5974>

2 Habib Abdullah Al-Haddad berkata: "Penduduk barzakh dari golongan para wali itu selalu berada di hadapan Allah, maka barang siapa yang bertawassul dengan para wali itu, maka mereka akan menghadapkan harapannya kepada Allah". <Tatsbitul-Fuâd: 1/42>

3. Orang yang paling bodoh pun tidak berkeyakinan bahwasanya wali itu bisa memberikan manfaat atau memberikan bahaya tanpa izin dari Allah. <atau yang semakna dengan pembahasan ini>
ariv yabarwiel
ariv yabarwiel " DUNIA TEMPAT DITINGGAL BUKAN TEMPAT TINGGAL " by : Arifullah

Posting Komentar untuk "BOLEHKAH BERTAWASUL ?"